Jumat, 01 Mei 2020

Wajibkah Pendidikan Kewirausahaan di SMA?

Oleh Dra. Rahmi Wilandari, M.Pd. (SMAN 21 Surabaya)



PENGANTAR
Di Era Milenial saat ini dalam masyarakat sedang dihadapkan kepada masalah pelik tentang pendidikan. Bagi yang lulus UN SMA ataupun SMK tentunya merasa bersyukur dibandingkan yang belum berhasil, meski masih terhadang dengan melanjutkan pendidikannya, yang membutuhkan tingkat kecerdasan, waktu dan dana yang tidak sedikit. Persaingan hidup manusia semakin ketat dan penuh kompetisi. Oleh karena itulah mereka yang mampu bertahan adalah mereka yang kreatif dan memiliki daya inovasi yang tinggi untuk dapat merebut semua peluang dan kesempatan melalui kemampuan keterampilan sehingga dengan keterampilan yang dimiliki akan dapat mengembangkan segala potensi di dalam diri untuk dapat menciptakan kreasi dan berbagai macam produk yang dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Keberhasilan seseorang bukan ditentukan oleh kepandaian yang dipunyai, akan tetapi oleh faktor lainnya yang sangat penting. Tingkat kecerdasan kira-kira hanya menyumbang 20-30 persen keberhasilan, selebihnya ditentukan oleh soft skills. Penelitian NACE (National Association of Colleges and Employers) pada tahun 2005 menunjukkan hal tersebut, di mana pengguna tenaga kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 82 persen soft skills dan 18 persen hard skills (misal indeks prestasi yang tinggi).
Sungguh ironis bila mengetahui bahwa setiap tahunnya jumlah pengangguran di Indonesia terus bertambah. Sebagian besar angka pertambahan pengangguran yang ada diisi oleh lulusan SMA. Bahkan, lulusan SMK, yang tadinya diharapkan akan lebih banyak diterima bekerja daripada lulusan SMA, nasibnya pun tidak lebih baik. Dari data di Dispendik, saat ini di Jawa Timur, angka partisipasi kasar, atau APK, siswa yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi baru mencapai 30 persen. Ini artinya masih ada sekitar 50 persen lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Dalam membuat suatu karya, tidak hanya dibutuhkan teori. Mengapa demikian? Karena teori yang mendalam tanpa adanya praktik dalam merealisasikan pengetahuan tersebut tetap tidak menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan secara langsung. Seseorang yang telah memiliki kemampuan memadukan teori dan praktik untuk menghasilkan sesuatu berarti orang tersebut sudah dapat dikatakan mempunyai jiwa wirausaha. (misal indeks prestasi yang tinggi) dan para lulusan SMA dan SMK tersebut tidak mampu menciptakan lapangan kerja sendiri adalah orientasi pendidikan yang cenderung membentuk SDM pencari kerja, bukan pencipta kerja. Sehingga pola pikir yang dimiliki oleh sebagian besar pelajar di Indonesia adalah belajar demi mendapatkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan, bukan yang seharusnya, menciptakan usaha baru. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut?

ALTERNATIF CARA MENGATASINYA
         SDM di Indonesia kurang mampu bersaing, rendahnya perilaku dan jiwa wirausaha, dan sebagainya. Solusi yang diharapkan dari masalah di atas adalah wirausaha, tetapi jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat sedikit yaitu sekitar 0,18% dari jumlah penduduknya. Padahal, suatu negara dikatakan maju apabila negara tersebut memiliki jumlah minimum wirausaha sebesar 2% dari penduduknya. Disamping mengajarkan siswa untuk membuka usaha dan mencari penghasilan sendiri, pendidikan kewirausahaan atau yang dikenal juga sebagai pendidikan entrepreneurship juga bertujuan untuk menanamkan “dasar” dari kewirausahaan itu sendiri. Hal ini diperlukan untuk membekali siswa dengan keterampilan yang berguna untuk membuka usaha sendiri setelah lulus sekolah. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi antara lain :
A. Mengintegrasikan Nilai-nilai Pendidikan Kewirausahaan (PKWU) ke dalam Kurikulum
Di dalam kurikulum 2013 ini, bentuk pengajaran mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan maupun muatan lokal untuk SD, SMP, maupun SMA ini lebih bersifat student-centered (terpusat pada siswa), maksudnya siswa yang ditekankan untuk aktif sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator. Di SMA pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) tersedia 4 pilihan a.l Kerajinan, Rekayasa, Budidaya dan Pengolahan. Prakarya dan Kewirausahaan bertujuan agar potensi dalam diri siswa lebih tergali secara bebas dan mampu menghasilkan karya yang beragam dengan tetap menerapkan karakter positif dalam dirinya. Dengan Pendidikan Kewirausahaan (PKWU) siswa dapat menjadi  (entrepreneurship) yang handal, memadai dan disertai segi-segi praktiknya, maka para lulusan mempunyai kemauan dan kemampuan yang memadai, sehingga tidak merasa kebingungan ketika harus memasuki pasaran kerja. Pada sekolah maupun kampus bisa juga didirikan berbagai gerai seperti penjual makanan, kantin kejujuran, cafe, koperasi simpan pinjam, penjualan pulsa, fotocopy, penjilidan, jasa tiket transportasi, perbankan, kursus bahasa asing dan sebagainya. Para peserta didik secara bergantian mendapat tugas berpraktik di sini dengan target- target yang telah ditentukan, supaya terbiasa bekerja dengan perencanaan dengan target yang sudah ditentukan, melalui terjun praktik pada berbagai perusahaan a.l magang atau Praktek Kerja Lapangan (PKL), akan menambah pengalaman para peserta didik akan dunia usaha yang begitu luas terbentang.
B. Meluncurkan Program “SMA Double Track
Melalui program SMA double track, siswa sekolah non kejuruan tetap akan memiliki keterampilan sebagai bekal dia lulus. Sebab faktanya, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Jatim baru sekitar 30 persen. Persentase itu menurun drastis dari APK pendidikan menengah yang mencapai 80 persen. Artinya, ada sekitar 50 persen anak SMA atau SMK yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Program ini dianggap sebagai model baru yang bisa meningkatkan keterampilan siswa. “Artinya, bagi mereka yang tidak meneruskan ke pendidikan tinggi, bisa mendapat keterampilan. Ini sangat bisa dirasakan dan bisa ditingkatkan. SMA double track ini langsung dimulai tahun 2018. Porsi SMA Double track ialah terletak pada jam ekstrakurikuler di luar jam pelajaran sekolah dan tidak mengganggu pelajaran umum. Terkait jenis keterampilannya, sekolah penerima program sendiri yang akan merancang untuk diusulkan ke dinas. Berikutnya, selama satu tahun siswa dilatih sesuai dengan keterampilan yang telah dipilih. Bisa dilaksanakan pada hari Sabtu atau saat sore hari seusai pulang sekolah. Tidak hanya dilatih keterampilan, finishing dari SMA double track ini adalah pemberian legalitas kompetensi sesuai standar kerja nasional. Karena itu, setiap sekolah harus menggandeng Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk melaksanakan sertifikasinya. Sertifikat itu langsung dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Jadi setelah lulus, siswa SMA mendapat ijazah sekaligus sertifikasi profesi. Untuk sementara fokus double track ini akan dikembangkan di kabupaten yang ada di Madura, sasarannya sekolah swasta dan beberapa sekolah negeri yang letak geografisnya berada di daerah terpencil.
Diharapkan dengan adanya SMA double track dianggap model baru yang bisa meningkatkan keterampilan siswa “Artinya, bagi mereka yang tidak meneruskan ke pendidikan tinggi, bisa diberikan keterampilan. Ini sangat bisa dirasakan dan bisa ditingkatkan. Terlepas itu jenis pendidikan kejuruan (SMK) atau non kejuruan (SMA/MA), keduanya harus memiliki program vokasional. Bedanya, siswa SMK secara khusus telah disiapkan baik secara teori maupun praktis pada keahlian tertentu. Sementara  program ini hanya merupakan tambahan skill tanpa mengganggu kurikulum yang berlaku pada SMA.
Semoga dengan Pendidikan Kewirausahaan (PKWU) siswa dapat menjadi (entrepreneurship) yang handal, memadai dan disertai segi-segi praktiknya, maka para lulusan mempunyai kemauan dan kemampuan yang memadai, sehingga tidak merasa kebingungan ketika harus memasuki pasaran kerja dan bisa bersaing di dunia kerja serta mengurangi pengangguran pada lulusan tingkat SMA.

DAFTAR PUSTAKA

http://kecilmenjadibesar.blogspot.co.id/2010/05/perlunya-pendidikan-kewirausahaan-di-SMA-dan-SMK/

3 komentar:

Wijaya kusumah mengatakan...

Mantul

Dr. Dede idawati, M.Pd. mengatakan...

Sangat inspiratif Bu, kami d SMALB juga sama sedang mengembangkan KWU

Edsa Manora mengatakan...

Mantap