MY LITERACY FOR MY FUTURE
(
Literasiku , Masa Depanku)
Oleh : Dra. Rahmi
Wilandari, M.Pd
SMAN 21 Surabaya
Juara “Lomba Guru Berani Menginspirasi (LGBI)“ Tingkat Nasional 2018 Jenjang SMA/MA/SMK
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini, hampir semua guru, baik pada jenjang
SD/MI, SMP/ MTs, maupun SMA/ SMK/ MA, membahas Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Banyak di antaranya yang kemudian menulis di berbagai media, dengan tema
tersebut. Semua bahasan bermuara pada satu kesimpulan: bahwa literasi menjadi
kunci utama agar siswa mempunyai karakter yang diperlukan, sehingga akan mampu
bersaing di tingkat global di abad ke-21 ini.
Literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup.
Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran
literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik memengaruhi
tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Literasi mungkin telah menjadi istilah yang familiar bagi
banyak orang. Namun tidak banyak dari mereka yang memahami makna dan
definisinya secara jelas. Sebab memang Literasi merupakan sebuah konsep yang
memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan
beragam cara dan sudut pandang. Berangkat dari sini, maka perlu kiranya
diuraikan apa sebenarnya makna dari Istilah Literasi itu.
Istilah literasi atau dalam bahasa Inggris literacy
berasal dari bahasa Latin literatus, yang berarti "a learned person" atau
orang yang belajar. Dalam bahasa Latin juga dikenal dengan istilah littera
(huruf) yang artinya melibatkan penguasaan sistem- sistem tulisan dan
konvensi-konvensi yang menyertainya.
National
Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai " Kemampuan individu untuk membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang
diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini
memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini
terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang
dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Gerakan Literasi Sekolah ( GLS ) memperkuat gerakan
penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam
gerakan tersebut adalah “ Kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran
sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca
agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi
nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang
disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Geraan Literasi Seolah yang akan kami bahas adalah
Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik terutama SMA memengaruhi
tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
SMAN 21 Surabaya yang beralamat di Jl. Argopuro 11 -15 Surabaya sejak tahun
2013 sudah mengembangkan budaya literasi Sekolah yang dinamakan RELI ( Riset dan Lingkungan Hidup ) yang
lebih terkenal dengan istilah Eco Green. Dan Untuk Riset siswa diadakan
kegiatan KIR ( Karya Tulis Ilmiah ) yang berorientasi pada Riset Lingungan
Biologi atau alam sekitarnya dimana setiap tahunnya akan dikader untuk
mengikuti Lomba Peneliti Belia ( LPB ) yang diselenggarakan oleh CYS ( Center
For Young Scientist ) bekerjasama dengan dinas Pendidikan Kota Surabaya. Kemudian
pada tahun 2015 SMAN 21 Surabaya dari Sekolah RELI ( Riset Lingkungan Hidup ) bertambah lagi kegiatannya manjadi
sekolah RELILI ( Riset Lingkungan Hidup
dan Literasi ). Jadi selain
mengembangkan sekolah yang berbasis Riset ( Penelitian ) ataupun KTI ( Karya
Tulis Ilmiah ) baik dibidang IPA ataupun IPS , yang diwajibkan kepada siswa
kelas X MIA dan X IIS . salah satu wujud mengembangkan Budaya Literasi di SMAN
21 Surabaya.
Literasi yang
dikembangkan di SMAN 21 Surabaya ada 2 bidang. Pertama bidang Bahasa dan Satra ( Puisi, cerpen,drama, musialisasi
serta teatrikal ) Kedua bidang
Sosial adalah mengembangan kreativitas Proposal KTI ( Ekonomi , Koperasi dan Perbankan ) dan bidang Kewirausahaan (
Business Plan ) baik secara individu dan kelompok.Harapan di masa yang akan
datang sesuai dengan Visi SMAN 21 Surabaya Kreatif, Inovatif dan Inspiratif serta
berbudaya lingkungan, dan sekolah berwawasan RELILI ( Riset Lingkungan Hidup
dan Literasi ). Implementasi program literasi digital di SMAN 21
Surabaya diharapkan dapat mendorong gerakan membaca pada peserta didik dan
warga Sekolah lainnya dalam Mendukung Keterampilan Abad 21, sebagaimana
dijelaskan penggunaan komputer dapat mendukung 4C (Zoraini:2014), Critical
Thinker ( berfikir kritis ), Communicator( Komunikasi ), Collaborator (
Kolaborasi ), Creator ( Pencipta ide ) dengan 4 C program RELILI diharapkan
siswa dapat menjadi generasi yang Kreatif, Inovatif, Mandiri Berkarakter dan
berfikir Ilmiah, mewujudkan cita-citanya dan impiannya dimasa yang akan datang
dengan kegiatan Literasi. Dengan RELILI akan
menjadikan “ Literasiku untuk masa depanku ( My Literacy For My Future )“.
B. STRATEGI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SMAN 21 SURABAYA
Perlu dipahami bahwa program membaca seperti membaca
dalam hati dan membaca nyaring hanyalah bagian dari kerangka besar untuk
membangun budaya literasi sekolah. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam
pengembangan budaya literat, Beers, dkk.
(2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction menyampaikan
beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.
Di SMAN 21 Surabaya dalam melaksanakan RELILI (Riset
Lingungan Hidup dan Literasi ) menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut : a)
Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang bisa diprediksi,
b) Program literasi yang baik bersifat berimbang sekolah yang menerapkan
program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki
kebutuhan yang berbeda.
Gerakan Literasi di SMAN 21 Surabaya sudah
dilaksanakan sejak tahun
2015
.Tujuan Umum literasi yang dilaksanakan di SMAN 21
Surabaya ,adalah menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi
Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan Tujuan Khusus
literasi sekolah :
a) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah,
b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan
sekolah agar literat,
c) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu
mengelola pengetahuan,
d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan
menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Adapun Model Tahapan RELILI yang diterapkan di SMAN 21 Surabaya:
1. TAHAP PEMBIASAAN
A. Membaca setiap
hari pada jam ke-0 selama 5-15 menit atau waktu lain berdasarkan kesepakatan sekolah.
Kegiatan ini
merupakan upaya membiasakan membaca pada peserta didik.
1) Guru memandu peserta didik untuk membaca selama l5 menit.
2) Guru dan peserta didik membaca selama lima belas menit.
3) Guru memotivasi peserta didik untuk gemar membaca.
B. Mengelola sudut baca. (Perpustakaan Kelas)
Sudut baca ini merupakan upaya mendekatkan peserta didik pada buku.
Berikut ini salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengelola sudut baca
atau perpustakaa kelas.
1) Wali kelas memandu peserta
didik untuk membuat sudut baca.
2) Setiap peserta didik
menyumbang satu buku untuk sudut baca.
3) Ada peserta didik yang
bertugas mengelola administrasi peminjaman buku.
4) Peserta didik wajib
meminjam buku untuk dibaca
Setiap tahunnya perpustakaan kelas akan dilombakan tiap jenjang kelas
masing- masing memperoleh juara 1, 2 dan 3.
C. Satu Peserta Didik Satu
Buku (1 tahun sekali)
Program ini
bertujuan untuk menambah jumlah koleksi buku sastra di perpustakaan sekolah.
1) Peserta didik diminta
membawa satu buku, baik itu buku sastra, pengetahuan, komik, majalah, novel dsb.
2) Peserta didik wajib
membaca buku yang ada di dalam perpustakaan
kelas.
3) Setelah dibaca, buku itu
disumbangkan pada perpustakaan kelas
4) Peserta didik dapat
meminjam buku sastra, buku pengetahuan , novel, komik atau buku bacaan lain
yang ada di dalam perpustakaan kelas.
5) Tiap kelas memiliki koleksi buku , baik buku
sastra, pengetahuan novel, majalah remaja, komik lebih bervariasi
D. Wajib Kunjung Perpustakaan Sekolah
Kegiatan ini bertujuan memanfaatkan perpustakaan untuk menumbuhkan kegemaran membaca
1) Pengelola perpustakaan
memberikan jadwal kunjung ke perpustakaan kepada setiap guru mata pelajaran.
2) Sesuai dengan jadwal,
setiap guru mata pelajaran membawa peserta didik satu kelas untuk berkunjung ke perpustakaan
2. TAHAP PENGEMBANGAN
A. Mengelola sudut baca
Mengelola sudut baca dapat dilakukan lagi di tahap pengembangan dengan menambahkan
beberapa langkah. Berikut ini salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengelola sudut baca dalam tahap pengembangan.
1) Wali kelas memandu peserta
didik untuk membuat sudut baca.
2) Setiap peserta didik
menyumbang satu buku untuk sudut baca.
3) Ada peserta didik yang
bertugas mengelola administrasi peminjaman buku.
4) Peserta didik wajib
meminjam buku untuk dibaca.
5) Peserta didik membuat
resume hasil bacaan.
6) Peserta didik mengumpulkan
hasil serume di loker khusus.
7) Wali kelas memeriksa
resume di loker sebulan sekali.
8) Peserta didik membuat
perayaan hasil membaca, misalnya menceritakan hasil bacaan di kelas.
B. Satu Jam Wajib Baca
(Tugas yang dilakukan seminggu sekali)
Kegiatan ini membiasakan
peserta didik gemar...
1) Membaca buku yang disukai,
2) Membuat resume,
3) Mengisi jurnal membaca,
4) Menceritakan isi buku
C. Klub Pecinta Buku yang tergabung dalam “Go Book Slekoor”
Kegiatan ini
bertujuan untuk membiasakan peserta didik membaca buku baru dan membagi hasil
bacaan pada teman. Kegiatan dalam klub pecinta buku dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
1) Membaca buku,
2) Membuat ringkasan/resensi buku,
3) Menceritakan isi buku/
sinopsis yang telah dibaca,
4) Mendiskusikan isi buku
D. Tantangan Membaca
Tantangan membaca
tidak dilaksanakan pada tahap pembiasaan, tapi dapat dilaksanakan setelah
sekolah masuk dalam tahap pengembangan. Program ini menantang peserta didik
untuk meningkatkan kegemaran membaca. Berikut ini alternatif langkah-langkah
kegiatan yang dapat dilakukan:
1) Mendaftar program tantangan
membaca,
2) Memilih judul buku untuk
tantangan membaca,
3) Meringkas buku, tidak lebih
dari dua ratus kata,
4) Melaporkan rencana daftar
bacaan peserta didik dan hasil membacanya pada panitia,
5) Melaksanakan tantangan membaca,
6) Memberikan sertifikat pada
peserta didik yang berhasil.
E. Penghargaan Membaca
Penghargaan ini bertujuan meningkatkan motivasi membaca peserta didik.
Kegiatan penghargaan membaca yang dapat dilakukan antara lain:
1) Memilih pembaca buku
terbanyak dalam satu bulan,
2) Memberikan
penghargaan piagam waktu upacara sekolah untuk pembaca buku (sinopsis)
terbanyak untuk kelas X, XI dan XII
3. TAHAP PEMBELAJARAN
A. Buletin / Majalah Sekolah (terbit sebulan sekali)
Kegiatan ini membiasakan peserta didik untuk menulis, mempublikasi, dan
membaca karya secara berkala. Berikut ini beberapa kegiatan dalam majalah
dinding (mading) kelas.
1) Membuat Buletin /
Majalah Sekoal,
2) Menulis berita,
3) Mempublikasikan dan
mengedarkan Buletin/ Majalah sekolah.
B. Teatrikal, Puisi dan Musikalisasi (Satu Tahun Sekali)
Kegiatan ini bertujuan membiasakan peserta didik untuk bermain drama ,
membaca puisi, bermain musik dan teater (teatrikal)
1) Setiap Kelas
mempertontonkan satu cerita teater dan musik,
2) Judul cerita kisah
realita hidup sehari-hari,
3) Mendiskusikannya
dalam kelompok tentang judul ,
4) Pertunjukkan
dilakukan dalam Rangka Bulan Bahasa setiap tahunnya,
Sekolah memiliki peran yang amat penting
dalam menanamkan budaya literat pada anak didik. Setiap sekolah tanpa
terkecuali harus memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan literasi. Di
sekolah SMA dengan budaya literasi yang tinggi, peserta didik akan cenderung
lebih berhasil dan guru lebih bersemangat mengajar. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan beberapa parameter yang dapat digunakan sekolah untuk membangun
budaya literasi sekolah yang baik.
Adapun parameter
SMAN 21 Surabaya dalam melaksanakan kegiatan RELILI ( Riset Lingkungan Hidup dan Literasi) akan nampak sbb
a. Lingkungan fisik ramah literasi
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat
pengunjung. Jika tamu ataupun Walimurid berkeunjung ke Sekolah pandangan akan
tertuju pada pemandangan serta penataan sekolah. Pada dasarnya, lingkungan
fisik haruslah ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung
pengembangan budaya literasi memiliki beberapa kondisi, antara lain :
-
Memajang karya peserta didik di seluruh penjuru
sekolah, termasuk koridor, kantor Kepala sekolah, ruang guru, serta didepan
pintu masuk lobi sekolah juga dipajang buku-buku bacaan semua ini akan
memberikan kesan positif tentang dan mendukung kegiatan Literasi di Sekolah.
Komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literat dikalangan SMA akan
tampak khususnya di SMAN 21 Surabaya
-
Karya-karya peserta didik dipajang disetiap kelas
diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
menjadi perhatian.
-
Setiap sudut kelas berdiri perpustakaan kelas yang
wajib dilakukan oleh setiap kelas dan ada pengurus perpustakaan masing2 kelas.
Buku dan bahan bacaan lain dapat didapat
dengan mudah di pojok baca perpustakaan kelas dan akan dicatat secara teratur
administrasi daftar peminjam buku tiap kelas
.
Situasi Sekolah mencerminkan bahwa sekolah benar-benar
berwawasan RELILI ( Riset Lingkungan dan
Literasi )
b. Lingkungan sosial dan afektif
Lingkungan fisik dan sosial akan dapat dibangun bila
lingkungan sekolah tercipta kerjasama antara sekolah dan lingkungan masyarakat
disekitar sekolah . Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan
literasi di sekolah memberikan jam hari khusus setiap bulannya untuk mengajak
masyarakat untuk minat membaca dengan gerakan literasi. Dalam hal ini Tim
Literasi bekerjasama dengan siswa untuk mengadakan Gerakan minat membaca kepada
masyarakat dengan membentuk Team “ Go Book Slekoor “ yang terdiri dari para
Guru dan Siswa . adapun Go Book Slekoor kegiatannya adalah menyelenggarakan
perpustakaan atau Taman baca ditempat tempat umum di Kota Surabaya setiap hari
sabtu dengan tempat yang berbeda-beda. Tujuannya agar masyarakat selain
menggunakan fasilitas umum bisa sambil membaca dengan meminjam buku bacaan pada
Team Go Book slekoor dengan cuma-cuma / gratis. Selain kegiatan team Go Book
slekoor meminjamkan buku bacaan dan komik gratis kepada pengunjung fasilitas
Umum sebagian siswa-siswi SMAN 21 surabaya juga menampilkan kegiatan hiburan
Pantomim, untuk menyalurkan kegiatan Ekskul
Waktu untuk kegiatan berliterasi lewat “ Go Book Slekoor
“ ini sedapat mungkin dilaksanakan dengan tidak mengorbankan waktu belajar
siswa. Untuk pelaksanaan Go Book Slekoor tempat pelayanan peminjaman dan bacaan
untuk masyarakat umum berpindah-pindah dari tempat rekresi umum ke tempat
rekreasi umum lainnya di Surabaya yang mudah dijangkau masyarakat dan banyak
dikunjungi masyarakat umum di Kota Surabaya
c. Lingkungan sekolah
Sekolah dibangun melalui model komunikasi dan interaksi
seluruh komponen sekolah, a.l Bapak dan Ibu Guru beserta staf dan karyawan
sekolah. Pimpinan sekolah dapat membentuk tim literasi (peserta didik, guru,
kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang
tua/wali murid peserta didik), Tim ini bertugas untuk membuat perencanaan dan
asesmen program. Adanya Tim Literasi
Sekolah bisa memastikan terciptanya suasana sekolah yang kondusif, yang mampu
membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. Sekolah harus
memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah
satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan membacakan buku
selama 15-30 menit sebelum pelajaran berlangsung, minimal 3 kali seminggu.Hal
ini dapat dibentuk dengan cara pemberian pengakuan atas pencapaian peserta
didik sepanjang tahun.
Pimpinan sekolah ( Kepala Sekolah ) harus mengambil
peran aktif dalam menggerakkan literasi. Yang bisa dilakukan, antara lain
membangun budaya kolaboratif antarguru dan staf sekolah . Peran orang tua atau
Komite Sekolah sebagai sukarelawan dalam gerakan literasi akan semakin
memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi di SMA. Bapak
dan Ibu guru beserta karyawan juga diberi Pelatihan membaca dengan Cepat dengan
mendatangkan Narasumber.
C. HASIL YANG DIHARAPKAN DENGAN PROGRAM RELILI (RISET LINGKUNGAN HIDUP DAN LITERASI)
Dengan kegiatan RELILI ( Riset Lingkungan Hidup dan
Literasi ) dari tahun ke tahun tampak kualitas siswa dengan peningata
kreativitas dan semangat berkompetisi secara positif dibidang Seni Budaya,
Bahasa dan Sastra, bidang ekonomi, sosial, kewirausahaan dan Perbankan. Dari
Segi Positif dari kegiatan RELILI adalah sbb :
-
Memberikan kepada siswa untuk mengembangan
kreativitas siswa dengan Puisi, cerpen, drama ( pantomim), Mading dsb dari
tahun ketahun kreativitas siswa bertambah karena diasah dengan kebiasaan
membaca buku setiap minggunya serta setiap bulan pasti ada juaranya “ Tantangan Membaca “
-
Degan adanya lomba perpustakaan kelas siswa
berlomba-lomba mendisain sudut baca ( perpustaaan Kelas ) dengan kreativitas,
motivasi dan semangat serta ide yang beraneka ragam, diluar dugaan kita selama ini
-
Mading ( Majalah Dinding ) yang selama ini diadakan
di sekolah merangsang siswa ikut lomba “
Mading Deteksi Con Zetizen “ Tingkat SMA se Jatim yang diadakan Harian
Surat kabar “Jawa Pos “ setiap tahunnya
-
Lomba Puisi dan cerpen yang diadakan setiap tahun, sekolah
akan mempunyai koleksi kumpulan beberapa Puisi dan cerpen yang terbaik hasil
karya siswa, dan merupakan Portofolio dalam bentuk tagihan kepada siswa . Dan
akan tampak bakat-bakat siswa dalam menulis puisi dan cerpen serta melahirkan
bibit-bibit penulis Cerpen yang kelak akan menjadi Calon Penulis terkenal
penerus bangsa .
-
Dengan kegiatan RELILI dibidang bahasa dan sastra,
Seni dan Budaya Gerakan Literasi Sekolah tidan hanya membaca , menulis,
mendengarkan tetapi bisa dikembangkan lebih luas lagi dengan mengembangkan
kepribadian siswa dengan Kreatif, Inovatif, Mandiri, dan Sukses sesuai dengan
tujuan K 13 yakni PPK ( Pengembangan Pendidikan Karakter Siswa ) yakni siswa berkarakter
D. PROGRAM PENGEMBANGAN KEGIATAN RELILI DI SMAN 21 SURABAYA
Dari tahun kemajuan tehnologi dan kemajuan era digital
serta publikasi serta dukungan pihak-pihak yang terkait dalam menggalakkan
Gerakan Literasi Sekolah, maka setiap sekolah akan berlomba- lomba meningkatkan
kegiatan sekolah dan kreativitas agar bisa bersaing dengan sekolah-sekolah atau
SMA yang berkualitas di Kota Surabaya.Peranan seorang pimpinan sebagai
penggerak dan motivator di sekolah, dalam menggerakkan seluruh Guru, staff dan
karyawan sangatlah berperan, begitu juga dukungan dari walimurid dalam Wadah
Komite Sekolah juga harus tetap terjalin kerjasama.
Adapun program RELILI yang akan diprogramkandan sebagian
sudah dijalankan pada TP 2017/2018 adalah pengembangan Liretasi kearah
Penelitian atau Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) dimulai dari Kelas X MIA dan IIS
serta Bahasa, yakni setiap hari Jum’at jam ke 5-6 Siswa kelas X diadakan
kegiatan Literasi yang ditempatkan di suatu tempat ( Aula ) dengan di datangkan
narasumber dari Luar atau dari dalam Sekolah yang berkompeten dibidangnya
masing-masing. Setiap siswa diharapkan mampu membuat satu Karya Tulis Imiah
dengan latar belakang berbagai ilmu a.l Ekonomi, Sosiologi, Antropologi,
Geografi, Sejarah, Biologi, Fisika dan Kimia sesuai keinginan masing- masing.
Setiap siswa juga diberikan kesempatan untuk memilih Guru Pembimbing yang
mereka sukai. Awal April 2018 diharapkan semua KTI siswa sudah selesai. Dari
Hasil KTI siswa yang masuk , sekolah akan mengambil 10 besar yang tebaik untuk
kita bimbing mengikuti LKTI yang
diselenggarakan oleh berbagai Universitas Negeri dan Swasta yang ada di Surabaya.
Dalam mengembangan kegiatan RELILI di SMAN 21 Surabaya
harus punya Komitmen yang sama, karena seorang pimpinan atau Kepala Seolah
tidak selamanya akan berada dalam posisi Kepala sekolah selamanya di SMAN 21
Surabaya, pasti ada suatu periode tertentu yang dijalankan , kelak akan pindah
ke SMAN lainnya di Kota Surabaya, hal ini mungkin yang harus kita pikirkan
karena setiap Kepala Sekolah tidak sama ide serta inisiatif yang akan
dikembangkan di tiap sekolah yang dipimpinnya. Maka dalam Pengembangan kegiatan
RELILI kedepannya harus difikirkan, karena tanpa dukungan Kepala Sekolah semua
Program /kegiatan sekolah tidak akan sukses. Kepala sekolah dalam hal ini harus
berpedoman pada prinsip-prinsip manajemen sekolah yakni sebagai Perencana ,
Pengorganisir, Penggerak dan Pengontrol .
Selain SMAN 21 Surabaya sebagai Seolah RELILI ( Riset Lingkungan Dan Literasi
) juga sekolah mempunyai sebuah lagu “ Mars Slekoor ( Mars Literasi ) “ yang dinyanyikan pada setiap
hari Senin saat Upacara Bendera dan “ Mars Membaca Buku “ yang wajib siswa bisa
menyanyikan lagu tersebut.
Adapun harapan yang ingin dicapai SMAN 21 Surabaya
adalah , Unggul dalam kualitas, IMTAQ , dan berbudaya lingkungan,sedangkan Misi
SMAN 21 Surabaya, disingkat dengan SLEKOOR
( Semangat membara dalam meraih
dan menoreh prestasi akademik maupun non
akademik, Luas pengetahuan,
menguasai IPTEK dan mantap dalam IMTAQ, Etis
dalam perilaku, berkepribadian dan berkarakter, Kreatif, Inovatif dan Inspiratif serta berbudaya lingkungan , Ogah Narkoba demi kejayaan bangsa dan
negara, Olah rasa dan hati demi
keutuhan NKRI, Rajin menggali solusi
lingkungan hidup secara amanah dan ilmiah. Bravo SLEKOOR, Jayalah Sekolahku . MY LITERACY FOR MY FUTURE ( Literasiku,
Masa Depanku). Saksikan Video Mars Membaca Buku SMAN 21 Surabaya https://www.youtube.com/watch?v=UNE7knsDVx0
4 komentar:
ayo tunjukkan dirimu sebagai guru berprestasi, mantil
Prestasi yang sangat menginspirasi..ayooo para guru Indonesia kita tingkatkan potensi kita untuk anak bangsa. Mantaap bu.
Luar biasa menginspirasi dn bisa dimodif untuk penerapan di sekolah saya, terima kasih ibu rahmi
good jod, memberi motivasi bagi yang lain
halobelajarsesuatu.blogspot.com
Posting Komentar