Rabu, 29 April 2020

Membangun Karakter Generasi Milenial Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0

Oleh Dra. Rahmi Wilandari, M.Pd. (SMAN 21 Surabaya)

 

Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0 Indonesia saat ini merupakan sistem yang mengintegrasikan dunia online dengan produksi industri, maupun bidang lainnya yang mulai menggunakan teknologi digital dan otomatisasi. Perubahan yang  begitu cepat, selain berdampak pada pergeseran nilai, juga berdampak pada paradigma pendidikan sebuah bangsa. Salah satunya adalah pergeseran dari paradigma pendidikan ke arah paradigma pengajaran terutama anak didik kita, dalam sikap, mental dan karakter seiring dengan perubahan semakin hari semakin mengkhawatirkan dan tidak menutup kemungkinan terjadinya degradasi moralitas, etika dan budi pekerti generasi milenial akan membawa dampak terhadap karakter bangsa dan masyarakatnya, serta memunculkan pergeseran nilai, nilai lama semakin meredup, yang digeser dengan nilai-nilai baru yang belum tentu pas dengan nilai-nilai kehidupan di masyarakat.

Adanya anak-anak yang mulai sibuk dengan urusan mereka sendiri/dunia mereka sendiri  dan mengabaikan peran mereka sebagai seorang anak sehingga tak heran saya melihat meskipun sedang duduk dengan orang tua mereka tetap memegang gadget/HP ataupun android yang mereka miliki. Setiap hari ada kemungkinan 5 – 8 jam dihabiskan waktunya untuk mengutak-atik ponsel pintarnya yaitu bermain game, media sosial, kamera, atau chatting-an. Dalam realita zaman now, dalam praktik pendidikan kita sampai saat ini banyak sekali perilaku menyimpang siswa adanya seorang anak yang berani melawan orang tuanya dengan berkata yang tidak sesuai dengan aturan kesopanan, tawuran antar pelajar, narkotika, seks bebas, mencuri, aborsi, berbohong, sering terlambat kesekolah, membolos tidak menyontek, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan pendidikan karakter (masih) belum maksimal. Atas hal tersebut, sampai saat ini pendidikan dianggap belum berkarakter dan belum mampu melahirkan warga negara yang berkualitas, baik prestasi belajar maupun berperilaku baik.

Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kita sebagai seorang pendidik untuk mengembalikan jadi diri seorang anak didik sesuai dengan prinsip-prinsip Penguatan Pendidikan Karakter di abad 21 dimana pendidikan karakter ini tidak bisa kita peroleh dengan belajar browsing lewat gadget, HP smartphone, Android atau Iphone.

Tantangan di Era Revolusi Industri 4.0


Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0? Secara singkat pengertian industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ada tiga pondasi dasar dari revolusi industri 4.0 ini, yaitu konektivitas Internet yang terhubung secara permanen atau Internet of things (IoT), data skala besar (big data) dan teknik penyimpanan data di awan (cloud computing). Internet of things telah memungkinkan terjadinya integrasi sistematis dari fase awal pengumpulan data, pengolahan, analisis, hingga fase pemanfaatan data yang mampu memberi nilai bagi pengguna secara maksimal dalam waktu singkat.

Era revolusi industri 4.0; istilah itu adalah inovasi disruptif (disruptive innovation) yang diperkenalkan awalnya dari seorang profesor di bidang Bisnis bernama Clayton M. Christensen dalam bukunya berjudul The Inovator Dillema yang diterbitkan pada tahun 1997. Inovasi distruptif dalam konteks teknologi sifatnya selalu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, atau melakukan reposisi produk yang sudah ada sebelumnya.

Mengutip dari Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan yang saat ini terimplementasi, akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin. Cara pandang tentang pendidikan juga harus dirubah, guru tidak hanya sekadar bagaimana cara mengajar ataupun mentransfer ilmu tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran harus diubah agar kelak anak-anak muda Indonesia mampu mengungguli kecerdasan mesin sekaligus mampu bersikap bijak dalam menggunakan mesin untuk kemaslahatan.

Siapkah guru di Indonesia menghadapi era revolusi industri 4.0 ketika guru masih disibukkan oleh beban penyampaian muatan pengetahuan, berbagai tugas administratif dituntut untuk membentuk generasi milenial yang berkarakter?

Membangun Generasi Milenial  dengan Penguatan Pendidikan Karakter


Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter? Menurut T. Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik. Pendidikan karakter (character education) seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu sejak masa kanak-kanak, dan dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat, serta memanfaatkan berbagai media belajar yang  erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.

Secara umum fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter seorang peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila, dan Budaya antara lain  jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air dan cinta damai, menghargai prestasi, sikap bersahabat, gemar membaca, perduli terhadap lingkungan dan sosial, tanggungjawab dan religius.

Adapun kristalisasi nilai pendidikan karakter memuat nilai Nasionalis, Mandiri, Gotong royong dan Integritas. Proses pembelajaran pendidikan karakter berlangsung dalam 3 Konsep dasar  yaitu, 1) Struktur Program, melalui jenjang dan kelas, Ekosistem lingkungan sekolah harus mendukung, penguatan kapasitas Guru,  2) Struktur Kurikulum di sekolah a.l melalui kegiatan Intra Kurikuler dan Ko kurikuler yang terintegrasi ke dalam masing-masing mata pelajaran, 3) Struktur Kegiatan , kegiatan pembentukan karakter dilingkungan sekolah berdasarkan 4 pengolahan olah hati (Etika), Olah Rasa (Estetika), Olah Pikir (Literasi) dan Olah raga (Kinestetika). Adapun ruang Lingkup Pendidikan Karakter dapat diterapkan dalam Penguatan Pendidikan karakter dengan 3 basis yaitu :

a) Pendidikan berbasis kelas dengan mengoptimalisasi muatan Lokal sesuai dengan budaya lokal masing-masing sekolah, Integrasi dalam mata pelajaran dan  memonitor manajemen kelas dengan baik

b) Pendidikan karakter berbasis kelas dengan pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian di sekolah, contoh setiap awal Pelajaran membiasakan budaya membaca buku 15 menit (budaya Literasi),  menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya di setiap pagi serta menyanyikan lagu nasional diakhir pembelajaran. Keteladanan pendidik , contoh bapak dan ibu guru yang hadir di dalam kelas tepat waktu, agar dapat menjadi tauladan anak didiknya. Ekosistem Lingkungan sekolah, sarana dan prasarana sekolah yang mendukung suasana siswa dalam mengembangkan pendidikan karakter (suasana yang tentram, asri, aman dan nyaman). Norma, peraturan dan tradisi sekolah yang mendukung pengembangan karakter a.l memberi sanksi kepada siswa yang melakukan pelanggaran, maka orang tua harus dipanggil ke sekolah, agar terbentuk karakter disiplin dan taat pada aturan.

c) Pendidikan Karakter berbasis Komunitas a.l menjalin komunikasi antara sekolah dan orang tua peserta didik  ataupun kerjasama dengan Komite sekolah. Mengadakan kegiatan disaat tertentu misal peringatan Hari Besar nasional dengan mendatangkan beberapa narasumber, Pakar pendidikan ataupun penggiat pendidikan, mengadakan pagelaran ataupun lomba baik dalam bidang seni ataupun sastra serta bekerjasama dengan aparat yang terkait, Babinkamtibmas, Kapolsek, Kelurahan, Kecamatan Pemda Tk II ataupun Pemda Tk I yang terkait.


Oleh karena itu, kemajuan suatu bangsa juga akan tergantung bagaimana karakter orang-orangnya, kemampuan intelegensinya, keunggulan berpikir warganya, sinergi para pemimpinnya, dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah penting dalam membangun moral dan kepribadian bangsa. Pendidikan karakter seyogyanya ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, berbudi pekerti luhur dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik untuk dilakukan peserta didik agar menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).

DAFTAR PUSTAKA



http://alihfungsi.gtk.kemdikbud.go.id/assets/konsep_karakter.pdf

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pendidikan-karakter.html

https://www.timesindonesia.co.id/read/213295/20190509/101506/pendidikan-karakter-zaman-now/

https://www.kompasiana.com/andisetiawan96/5a39b338dd0fa8517e6da102/peran-penting-pendidikan-karakter-bagi-kids-zaman-now?page=all

https://siar.com/era-revolusi-industri-4-0-harus-diikuti-penguatan-pendidikan-karakter/

5 komentar:

Wijaya kusumah mengatakan...

Malam ini badan terasa letih sekali. Terutama bagian punggung. Tadi sore sudah dipijat sama anak bungsu saya Berlian. Alhamdulillah agak enakan.

Sambil mendengar ceramah almarhum KH Zainudin MZ, saya tuliskan cerita ini. Silahkan kalau anda ingin ikut mendengarkannya. Ini saya kirimkan url link video youtubenya di bawah ini.


Saya banyak belajar dari kyai dan dai sejuta umat ini. Beliau walaupun sudah tiada, namun tetap ada suaranya sampai sekarang. Retorika bicaranya enak sekali didengar dan kita betah berlama -lama mendengarkan ceramahnya.

Saya masih ingat sewaktu beliau masih hidup. Kami menunggu berjam-jam kehadiran beliau di masjid Jatibening Permai Bekasi. Begitu beliau datang, ribuan orang sudah siap mendengarkan ceramahnya dengan tertib.

Sekarang beliau telah tiada, namun namanya tetap kekal abadi di hati kami para jamaahnya. Terus terang saya sendiri tak pernah bosan mendengarkan isi ceramahnya. Semakin diulang semakin enak didengar.

Penonton selalu lebih ramai dari pemain katanya. Mulailah jadi pemain dan berhentilah menjadi penonton. Anda akan merasakan dilihat banyak orang, dan disanalah anda harus memberikan keteladanan. Itulah pesan KH Zainudin MZ dalam ceramahnya.

Sebenarnya mata ini sudah mulai mengantuk. tapi mendengar ceramah KH Zainudin MZ, mata saya menjadi kuat lagi. Sambil mencoba menghubungi para narasumber di minggu ketiga bulan Ramadhan. Alhamdulillah sudah banyak yang bersedia meskipun tak ada satupun yang dibayar.

Omjay mengucapkan terima kasih banyak kepada semua narasumber yang sudah mengisi kegiatan belajar menulis dan menerbitkan buku. Omjay ingin buktikan bahwa tanpa biaya dari pemerintah kita bisa berbagi ilmu dan pengalaman. Inilah nafas guru penggerak yang sebenarnya. Mulailah menjadi penonton dan bukan pemain.

Puasa hari keenam di bulan Ramadhan ini membuat saya lebih introspeksi diri. Istri tercinta selalu menasehati. Ayah harus bisa berbagi kepada sesama tanpa memperhitungkan untung dan rugi. Inilah indahnya punya istri Sholikhah.

Dari pagi hingga malam hari ini terus beraktivitas agar bermnafaat buat orang banyak. Omjay jadi ingat almarhum kakek KH. MA Dimjati. Beliau selalu memimpin imam sholat dan sesudah sholat berjamaah selalu memberikan ceramah kepada jamaahnya di kebayoran baru. Teduh dan tenang hati ini kalau ingat kakek berceramah seperti KH Zainudin MZ.

Orang baik, rezekinya baik. Saya masih ingat waktu kecil. Anak kakek dan nenek ada 10 orang. Semuanya sukses meniti karirnya masing-masing. Hebatnya saya melihat kakek-nenek tak pernah kelaparan. Rezekinya seperti air mengalir. Semakin diambil semakin jernih airnya.

Itulah mengapa omjay sekarang mengikuti jejak kakek. Sepanjang hidupnya dihibahkan dan diwakafkan untuk kemajuan umat. termasuk juga di bidang pendidikan. Sekolah Al Azhar di kebayoran adalah contoh sekolah yang telah dirintis oleh kakek bersama almarhum Buya Hamka.

Bedanya, kakek tidak sempat menulis, dan isi ceramahnya tak ada yang mereka seperti KH Zainudin MZ. Saat ini saya sedang mengumpulkan jejak langkah KH Mas Ahmad Dimjati. Semoga bisa saya rajut menjadi buku.

Salam Blogger Pershabatan

omjay

Guru Blogger Indonesia, https://wijayalabs.com/2020/04/29/puasa-ramadhan-hari-keenam/

Unknown mengatakan...

Hebat om Jay, bersyukur bertemu Om Jay kembali, yg selalu menginspirasi, belajar, mencoba dan mencoba...

Unknown mengatakan...

Sangat inspiratif khususnya bagi pendidik,dan memang kita harus selalu siap dengan perubahan yang tak mungkin terelakkan kapanpun dan di manapun itu

Roronzone mengatakan...

Sudah bagus...nilai kharakter itu yg utama perlu ditanamkan pada peserta didik agar bisa mengamalkannya dlm kehidupannya. Lanjutkan berkarya semoga tambah jaya dan berkah

Unknown mengatakan...

Matur nuwun, senior dan guru serta pembimbinh saya bapak Ronronzone.Semoga tetap bisa memotivasi serta menginspirasi saya.